Jumat, 04 November 2011

Isolasi senyawa dari suatu tanaman

Isolasi merupakan suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tumbuhan. Untuk dapat melakukan isolasi harus melalui berbagai tahapan yang cukup panjang hingga kita dapat memperoleh suatu senyawa murni yang berkhasiat dalam tumbuhan tersebut. Teknik isolasi di berbagai negara juga berbeda seperti di Indonesia dan jepang tapi prinsip yang digunakan tetap sama.

Untuk melakukan isolasi harus melalui beberapa tahapan, yaitu
  1. Preparasi sampel/simplisia: Preparasi sangat penting dalam melakukan isolasi, maka preparasi harus dibuat secara benar dan tepat. Pada simplisia dilakukan penumbukkan sehingga dinding sel yang terdapat pada simplisia rusak dan senyawa yang ada di dalam tumbuhan akan dapat mudah ditarik oleh pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi. Untuk senyawa yang mengandung minyak atsiri setelah penumbukkan tidak boleh dilakukan pengeringan karena minyak atsiri yang terdapat dalam tanaman akan menguap.
  2. Ekstraksi: Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa-senyawa yang ada dalam tumbuhan. Pada proses ekstraksi dipilih pelarut yang kepolarannya mirip dengan sel tumbuhan contohnya etanol. Penggunaan etanol juga disesuaikan dengan keadaan simplisianya. Apabila simplisia yang digunakan adalah simplisia yang kering digunakan etanol 70% untuk proses ekstraksi karena air akan membantu etanol untuk menjerap senyawa yang ada di dalam simplisia. Beda dengan simplisia yang tidak begitu kering, maka digunakan etanol 96% untuk melakukan ekstraksi pada tanaman. Ekstraksi juga dapat dilakukan dengan cara dingin ataupun panas bergantung pada sifat senyawa dari tanaman tersebut. Apabila senyawa yang akan diisolasi adalah termostabil ekstraksi dengan cara dingin ataupun panas tidak akan bermasalah. namun apabila senyawa yang akan diisolasi adalah senyawa termolabil maka cara panas tidak boleh dilakukan karena dapat merusak senyawa tersebut. Jadi ekstrasi yang dilakukan harus mengikuti berbagai pertimbangan dari sifat senyawa yang akan diisolasi.
  3. Fraksinasi: Setelah melakukan proses ekstraksi kita dapat melanjutkan dengan proses fraksinasi, intinya adalah memisahkan senyawa yang terkandung dalam suatu tanaman berdasarkan tingkat kepolaran dari pelarut yang digunakan. Contohnya n-heksan (non polar); etil asetat (semi polar); air (polar) sehingga senyawa dapat terpisah berdasarkan kepolarannya. Proses fraksinasi ini dilakukan dengan menggunakan corong pisah untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung. Dimulai dari senyawa non polar terlebih dahulu, dimasukkan n-heksan ke dalam corong pisah yang berisi ekstrak, dilakukan pengocokan lalu fraksi n-heksan (bagian atas) ditampung. Hal ini dilakukan terus hingga fraksi n-heksan tidak berwarna/ jernih. Setelah jernih dilakukan pergantian pelarut dari n-heksan ke etil asetat dan dilakukan hal yang sama seperti n-heksan. Ketika fraksi etil asetat selesai maka akan didapatkan 3 fraksi yaitu fraksi n-heksan, etil asetat dan air. Untuk melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu kromatografi dilakukan uji dahulu ke fraksi yang didapatkan apakah ada aktivitas terhadap suatu penyakit yang diperkirakan. Lalu dilakukan kromatografi terhadap fraksi yang memiliki aktifitas terhadap penyakit tersebut.
  4. Isolasi: Dalam tahap isolasi dapat menggunakan KCV (kromatografi cair vakum) atau kolom konvensional, bergantung kebutuhan. KCV menggunakan vakum untuk membantu suatu senyawa turun lebih cepat untuk melewati kolom silica namun karena terlalu cepat kelemahannya adalah waktu kontak dengan silica akan semakin cepat juga sehungga pemisahan yang terjadi kurang baik. Jika dengan menggunakan kolom konvensional pemisahan akan lebih sempurna karena waktu kontak akan lebih lama karena hanya memanfaatkan gravitasi bumi  untuk eluen turun sehingga eluen yang membawa senyawa akan turun lebih lama dan mengakibatkan pemisahan yang sempurna juga. Senyawa-senyawa yang turun kemudian dipisahkan dan dilakukan klt untuk mengetahui bercak-bercak sehingga dapat mengetahui pada vial keberapa senyawa yang diinginkan akan turun
  5. Uji kemurnian: Untuk mengetahui apakah hanya terdapat satu senyawa dalam hasil percobaan dapat dilakukan kromatografi dua dimensi. Metode ini dilakukan hampir sama seperti KLT seperti biasa namun pada saat eluen mulai mencapai garis finis dilakukan pembalikkan pelat KLT. Apalabila ketika dibalikkan hanya ada satu spot becak KLT maka senyawa tersebut dapat dikatakan murni.
  6. Elusidasi struktur: Setelah mendapatkan senyawa yang murni, maka dilakukan identifikasi struktur senyawa tersebut dengan menggunakan alat-alat analisis seperti spektroskopi UV-Vis, Infrared, Mass Spektroskopi, C-NMR dan H-NMR. Maka didapatkanlah struktur senyawa berkhasiat dari tanaman tersebut.
Hal-hal di atas merupakan gambaran umum dari proses isolasi. Namun untuk di Indonesia sendiri masih sulit untuk melakukannya karena keterbatasan alat dan pelarut-pelarut yang digunakan. Untuk mendapatkan pelarut organik memerlukan dana yang cukup besar dan alat-alat seperti NMR masih sangat langka di Indonesia. Maka perlua adanya suatu perhatian dari berbagai pihak untuk mengembangkan tanaman-tanaman herbal di Indonesia sehingga tumbuhan asli Indonesiia dapat menjadi hak paten Indonesia bukan negara lain.

Mungkin sekian hal yang dapat saya share disini, apabila banyak kekurangan kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Terima kasih... Arigatou gozaimasu

1 komentar: